Wednesday, November 26, 2014

HEAVEN ON EAST BORNEO: Maratua day 2

Hi rabbits...
Maaf baru bisa dilanjutkan sekarang day 2 nya, after this trip I was busy with work and preparing my trip to China. 
Sekarang udah kembali ke tanah air tercinta dan siap untuk meneruskan cerita seru selama di Maratua.

Lets begin then,,

Niat untuk mengejar sunrise pupus sudah. Dikarenakan terlalu capek dan terlalu nyenyak tidurnya, Saya dan Mail tidak terbangun. Padahal udah pasang alarm dan mas Ryan bilang sudah mengetuk villa. Kebluk emang kita berdua. Tapi untung nya Aji dan Citra bisa terbangun untuk bergabung dengan mas Ryan beserta anggota lain. Lokasi yang paling bagus untuk melihat sunrise berada di dermaga Lawang-lawang. 
After I saw the pictures, I have no doubt that this place is indeed amazing. Gradasi warna langit di dua pemandangan yang berbeda. Perpaduan warna biru tua dari langit bercampur dengan warna kuning dan oranye dari sinar matahari. Warna yang dihasilkan dari perpaduan warna adalah warna jingga dan ungu yang sangat menakjubkan. Dan dari arah yang berlawanan, saya liat warna langit bewarna biru keabu-abuan.

Sunrise di dermaga Lawang-lawang
-Pictures by Setiaji Wibowo-  


-Pictures by Setiaji Wibowo



Tim sunrise
-Pictures by Setiaji Wibowo-  


-Pictures by Setiaji Wibowo


Hari kedua dimulai dengan sarapan di resto resort dan pembagian alat snorkeling yang sudah di data dari hari pertama. Kebetulan saya membawa alat snorkeling sendiri, jadi hanya perlu pelampung. Sambil sarapan dan menunggu datangnya teman-teman yang menginap di homestay, mas Ryan menjelaskan tips aman snorkeling. Karena lokasi snorkeling kami berada di palung dan laut lepas, mas Ryan mengingatkan the do's and don'ts selama dalam air.


Ready to explore!

Dari 22 peserta dibagi 2 kelompok. Kelompok mas Ryan dan kelompok mas Anshar. Kebetulan saya kebagian kelompok mas Anshar dimana saya sangat bersyukur bisa berkenalan dengan teman-teman baru yang menyenangkan.
Jadwal island hopping untuk hari kedua adalah pulau Derawan, pulau Gusung dan pulau Sangalaki. So exciting! Setelah semua peserta sudah kumpul dan semua peralatan sudah siap. We are all ready to explore!


Maratua grup 23-26 oktober 2014


Grup mas Anshar

First destination is Derawan island. Perjalanan dari resort ke Derawan memakan waktu 40 menit. Lepas 20 menit dari resort perjalanan kami di guyuri hujan. Sempat panik juga karena kami khawatir akan hujan sepanjang hari. Alhamdulilah hujan hanya berlangsung sebentar dan langit kembali bersinar. Kebahagiaan kami bertambah setelah melihat sekelompok lumba-lumba berenang mengikuti kapal.

Everyone in the boat was hysterical and so eager to take pictures of the dolphins. But they swim and jump so quickly. So it was hard for us to take a good and still picture of them. 
Me and Dita trying hard to capture the dolphins
-Pictures by Setiaji Wibowo
Kepulauan Derawan sudah terlihat, tapi mas anshar bilang kalau kita akan snorkeling dulu di Turtle Point. Turtle point ini berada tidak jauh dari dermaga Derawan. Dari namanya saja kita tahu apa yang bakal kita temui dalam penyelaman kali ini. Jenis penyu laut yang banyak ditemui di Derawan ini adalah jenis penyu laut hijau dan penyu laut sisik. 




Hello squirt!!


underwater












Oseu, me and Yudit

The moment we jumped into the water, it was turtle hunting time. It didn't take long for us to spot a turtle.  Ketika kami hendak foto pun, dia dengan tenangnya berpose dan berenang-renang. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang, penyu disini ramah ramah. 
There was a cute and small turtle swimming around us. It reminds me of Squirt, the plucky, playful sea turtle in Finding Nemo that idolizes his father named crush.  "Remember: rip it, roll it, and punch it.”

Setelah puas melihat penyu laut dan kehidupan bawah laut di Turtle Point ini, mas Anshar mengajak kami untuk melanjutkan island hoping ke pulau Gusung.
Dalam perjalanan menuju pulau Gusung, mas Anshar menjelaskan bahwa pulau ini adalah pulau dadakan yang berupa tumpukan pasir putih yang tidak terlalu luas yang hanya ada ketika air laut sedang surut. Penjelasan mas anshar membuat saya penasaran dengan pulau tak berpenghuni ini. 


Pulau Gusung dari kejauhan
-pictures by Setiaji Wibowo

-pictures by Setiaji Wibowo-


Dari kejauhan pulau Gusung terlihat seperti hamparan karpet putih yang di kelilingi air sebening kristal. So so beautiful. Pasirnya begitu halus dan tidak panas, padahal matahari sedang bersinar dengan teriknya. 
From my experience, please please please use super high SPF sunblock. This island is so freaking hot, it would burn you in instant. Mungkin karena tak ada nya pohon untuk berlindung dari teriknya sengatan matahari.

Jiwa naris untuk berfoto semakin menjadi ketika mas Anshar dkk mengeluarkan props untuk berfoto ria berupa dua kursi pantai yang menghadap ke pantai dan laut. Tapi sebelum menggunakan props nya, mas Ryan mengarahkan semua peserta untuk foto grup. 





Setelah foto grup selesai serentak semua peserta berebut untuk foto dengan props dari Kakaban trip. Dua kursi pantai di tempatkan menghadap indah nya laut derawan. Sekilas tidak terlihat seperti berada di tanah air Indonesia. Sambil menunggu giliran untuk menggunakan props, kami pun berfoto dengan menggunakan alat tempur berfoto kami yang lengkap. 





-Pictures by Setiaji Wibowo




Gradasi warna laut yang berwarna biru tosca senada dengan warna langit yang cerah dipadu dengan pasir putih bersih yang lembut membuat kami semua betah berlama-lama. Segala macam gaya berfoto dilakukan disana. Dari yang diam manis, bermain air, berguling-guling dipasir hingga berloncat-loncatan semua dijabanin. Hahahha,,,



-Pictures by Setiaji Wibowo


JUMP!!!

Mas Anshar dkk tidak pernah bosan untuk menyuruh kami berpose. Jadi teman-teman yang tidak selengkap kami dalam membawa peralatan narsis tak perlu khawatir, banyak photgrapher yang siap membidik. 


-Pictures by Setiaji Wibowo


LOVE


Setelah sabar menunggu giliran akhirnya kebagian juga mencoba props dengan backdrop dan view pulau Gusung yang luar biasa indahnya. Finally!!Yay!!


-Pictures by Setiaji Wibowo


After an hour in pulau Gusung, it's time for us to head to Derawan Island for lunch. Sejam di pulau Gusung ini berhasil membuat kulit saya gosong. No wonder people call this island "pulau Gosong" instead of it's real name, pulau Gusung. Because it literally make you "gosong". 


Setelah di perhatikan, pulau Derawan lebih ramai daripada pulau Maratua. Terdapat tempat menginap dimana-mana dan banyak juga yang dalam proses pembangunan. Pulau Maratua jauh lebih bersih daripada pulau Derawan, bisa dilihat dari banyaknya sampah mengapung dekat dermaga. Mungkin pulau ini sudah banyak dijadikan tempat destinasi menginap wisatawan. Ohya, sinyal provider disini pun mendadak bagus. Kalo di Maratua sinyal simpati saya paling bagus EDGE, di pulau Derawan sinyal berhasil hingga HSDP. Alhasil Mail, Aji dan Citra minta share wifi dan kami beramai-ramai upload media sosial. 


foto di dermaga pulau Derawan


Welcome to Derawan
-Pictures by Setiaji Wibowo
Tempat makan siang kita ternyata berada di dalam perumahan warga lokal Derawan. Perjalanan dengan kaki menuju lokasinya lumayan jauh juga, harus melewati perumahan warga dan resort yang berada di pulau Derawan. Bukannya membanggakan resort Maratua ya, tapi tidak ada resort di Derawan yang sebagus Maratua Resort. Saya sangat menikmati jalan santai di pemukiman warga ini, suasananya sangat hangat dan relax. Karena kedatangan kami bertepatan dengan jam sholat jumat, warga sekitar sibuk lalu lalang dengan menggunakan baju koko. Keakraban antar warga pun terlihat dari saling menyapanya warga dengan warga lain. Berbeda dengan pemukiman rumah saya yang kurang hangat antar warganya. Sepanjang jalan ada juga warga lokal yang menjual hasil kerajinan tangan dan yang bikin ngakak, ada juga warga lokal yang buka jasa menyulam alis. 


Pemukiman Derawan-Pictures by Setiaji Wibowo


-Pictures by Setiaji Wibowo


SULAM ALIS ELENER (eyeliner kali ya)


After quite a long walk, finally we arrived at our lunch resto. A simple cottage with a big sign "April Resto" was the place for us to have lunch. Aroma ikan bakar sudah tercium sebelum saya memasuki resto membuat perut bergejolak hebat. Sop buah menyambut kedatangan kami yang membuat dahaga sedikit terobati. Namun cacing-cacing di perut sudah tidak sabar untuk di beri makan. Tak lama kemudian, ikan merah bakar sudah matang. Semua dapat seekor dan boleh nambah kalau kurang. YES!! Tidak ada rasa amis sedikit pun dari ikan merah bakar ini. Benar-benar fresh. Mail aja yang tidak suka ikan jadi suka. Selain ikan merah bakar terdapat juga makanan lain yang melengkapi kenikmatan makan siang kami. But the thing that made my lunch superb was the hot sambal uleg! Sumpah sambal nya enak sekali, bikin nambah lagi dan lagi (atau memang lapar). 

Setelah beres makan, mas Anshar bilang kita akan snorkling memburu manta ray. How exciting is that?!
But as usual, its not us if we don't take pictures before leaving certain places. Puas-puasin deh foto-foto di pulau Derawan sebelum ke point berikutnya.


pantai Derawan 
-Pictures by Setiaji Wibowo


Pantai Derawan-Pictures by Setiaji Wibowo


A must photo spot in Derawan 
-Pictures by Setiaji Wibowo


Citra and Aji


-Pictures by Setiaji Wibowo


Dermaga Derawan 
-Pictures by Setiaji Wibowo

Manta point. Itulah nama spot menyelam yang kami datangi. Mas Anshar bilang kami akan banyak menemui Manta ray, sempat serem dan kaget juga dengar nama belakangnya Ray. Bukan karena dia ada hubungan dengan Sugar Ray (garing) tapi yang saya takutkan dia ada hubungan dengan Sting Ray. Well we all know the late Steve Irwin died because of that. Pari manta ini memang masih ada satu geng dengan ikan hiu dan jenis ikan pari lainnya, namun pari manta stingless and harmless. So its good to go!



Manta point



-Pictures by Setiaji Wibowo



When we were preparing our snorkeling equipment on the boat, there was a group of mantas swimming almost close to the surface. We can see clearly how big that creature was. It was like flying underwater with they're big beautiful wings flapping around. An amazing and rare sight for me, it even gave me the chills of pleasure. 
Manta point di spot perairan yang sering terjadi upwelling, mas Anshar mengingatkan kami untuk berhati-hati dengan arusnya. Karena arus yang membawa massa air dingin dari laut dalam menuju permukaan laut cenderung kencang dan biasanya arus ini membawa konsentrasi nutrient yang tinggi sebagai sumber makanan bagi manta. That why manta's love hanging out here, its literaly their food galore. And fyi, what they eat are planktons. And planktons gives your skin that itch and smarting sensation.


Hello mr. manta


Underwater with mas Anshar and Mr. Manta




Menjaring plankton
Arus deras yang dikatakan mas Anshar sangat terasa begitu masuk kedalam air. Ketika kepala diluar air, terasa sekali badan kita melawan derasnya arus. Namun derasnya arus tidak terasa apabila kita menyelam kedalam air. Tahu-tahu posisi kita sudah jauh dari kapal. Beberapa teman saya sempat panik ketika menyadari kapal sudah jauh dan kita terbawa arus cukup jauh. Tapi keindahan manta ray yang lewat menghipnotis kita semua, sehingga semua melupakan prahara terbawa arus dan malah terpukau melihat manta-manta ini lewat. Up close and personal with these manta was unbelievable. They dance gracefully across the sea. 


Giant manta ray



Ukuran manta yang cenderung raksana memberikan kesan mengerikan. Justru manta cenderung jinak bagi manusia dan seringkali malah tidak terganggu dengan kehadiran penyelam yang berada di sekitarnya. 
Setelah puas bermain dengan manta, saatnya melihat konservasi tukik (bayi penyu) di pulau Sangalaki. 

Pulau Sangalaki yang luasnya sekitar 13Ha ini berada di dalam Kepulauan Derawan yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Pulau Sangalaki merupakan tempat favorit para penyu bersarang setiap malam sehingga tempat ini menjadi tempat konservasi peneluran penyu yang terkenal di dunia.


welcome to Sangalaki island
-Pictures by Setiaji Wibowo
-Pictures by Setiaji Wibowo

Sebuah pintu kayu besar menjadi gerbang masuknya tempat konservasi tukik di pulau Sangalaki ini. Ketika masuk terdapat banyak box-box kayu yang ditanamkan kedalam pasir. Ternyata box-box tersebut berisi telur-telur yang di konservasikan sambil menunggu meretasnya sang calon bayi. Sebagian tukik yang sudah retas dipindahkan ke ember yang siap untuk di kembalikan ke laut. Bayangkan saja, perjuangan mereka nanti ketika dilepaskan ke laut lepas. Disitulah sesungguhnya kehidupan baru mereka dimulai, dengan arus laut yang kencang, ikan-ikan predator, untuk hidup di dalam lautan yang luas.



tukik dalam box


  


Menurut bapak pengasuh tukik, mereka akan dilepaskan besok sore. Sayang sekali kami kurang beruntung sore itu. Jadi kami hanya bisa foto-foto dan memegang tukik-tukik lucu itu. Ternyata penyu dan kura-kura itu berbeda. Bisa dilihat dari warna fisiknya, penyu lebih berwarna gelap dibandingkan kura-kura yang kehijau-hijauan. Dan selama ini saya pikir penyu dan kura-kura itu sama. 





Selain konservasi tukik, yang membuat pulau Sangalaki banyak di datangi wisatawan adalah alamnya yang luar biasa indahnya. Hamparan pasir putih yang luas berpadu dengan biru nya laut membuat pulau ini masuk ke daftar pulau yang wajib di datangi. Pasir putih di pulau ini terdapat banyak sekali jejak penyu yang hendak bertelur ke daratan.


reminds me of cast away
-Pictures by Setiaji Wibowo


friendship


pasir nan lembut


heading back to the boat



Love birds


-Pictures by Setiaji Wibowo



Jejak penyu
-Pictures by Setiaji Wibowo


-Pictures by Setiaji Wibowo

Jam sudah menunjukan pukul 16.30 WITA, saatnya kembali ke resort untuk mengejar sunset. Selama perjalanan kembali ke resort mas Anshar bercerita tentang kepulauan Derawan. Kepulauan Derawan terdiri dari 31 pulau. Tapi yang terkenal banyak dikunjungi hanya 5 pulau diantaranya, yaitu Maratua, Derawan, Sangalaki, Kakaban, dan Nabucco. Ternyata nama pulau-pulau di sini punya arti masing-masing. Derawan itu dari kata perawan, Maratua dari kata mertua, Sangalaki dari  kata sang lelaki, dan Kakaban dari kata kakak. Lucu ya, kepulauan disini di umpamakan sebagai satu keluarga besar. Tak terasa di sela-sela dongeng mas Anshar saya tertidur, kebangun-bangun di dermaga Maratua Paradise Resort.


-Pictures by Setiaji Wibowo
 
Rasa lelah tidak menyurutkan keinginan kami untuk mengejar sunset. Karena front deck sudah penuh dengan orang yang mempunyai keinginan yang sama, saya dan Mail segera bergegas ke gazebo di ujung resort. Gazebo ini terletak dekat dengan villa air kami. Ketika mail mengarahkan pose untuk berfoto, saya memperhatikan sebuah batu besar yang aneh di dekat bawah deck. Setelah saya perhatikan lagi, ternyata batu tersebut adalah penyu laut. Tidak lama kemudian si penyu di temenin anaknya, total ada 2 penyu berenang bebas di bawah deck gazebo. Pemandangan sunset dari spot gazebo tidak kalah indah dengan view di deck resto resort.




After taking pictures here and there. We finally relaxed and sat down by the deck as the sun goes down. The wind was whispering soft and tender. We talked and hold hands as we admire the beautiful art that God create. It was a special moment for both of us. The most romantic moment for us so far.


Rasa lelah dan badan yang super gosong terbayarkan dengan apa yang kami lihat, perbuat dan rasakan hari itu.  Senyum puas dan bahagia mengiringi kami kembali ke villa. 

Duo Gosong

Kegiatan kami malam itu adalah makan malam bersama dengan teman-teman tur sambil evaluasi kegiatan kami hari itu. Mas Ryan dan mas Anshar pun memberi tahu apa saja kegiatan yang akan di lakukan esok hari. And what we're gonna do tommorow is super fun and exciting. Can't wait!

After dinner, time to head back and get some rest. 

See u on day 3 Rabbits.

Goodnite.
XOXO


Courtessy pictures by Setiaji Wibowo , Ismail Kusumalaga , myself.